[Sumber]
Konsumen di China yang biasanya doyan merek dilaporkan beralih ke “dupe,” replika berkualitas tinggi dari barang-barang bermerk, dalam upaya untuk menghemat uang di tengah perlambatan ekonomi negara. Analis mengatakan tren ini tidak hanya memengaruhi merek-merek mewah tapi juga merek-merek menengah seperti Nike dan Uniqlo.
Nilai lebih dari merek: Krisis properti negara, ditambah dengan menurunnya kepercayaan konsumen, telah menyebabkan penurunan konsumsi dan penjualan ritel secara keseluruhan. Menghadapi pemotongan gaji dan ketidakpastian pekerjaan, konsumen kini aktif mencari alternatif yang lebih terjangkau karena mereka memprioritaskan nilai dan kualitas daripada branding. Bahkan, pencarian di media sosial untuk produk tiruan ini telah meningkat tiga kali lipat dari tahun 2022 hingga 2024, menurut Mintel.
Munculnya “belanja rasional”: Munculnya dupes berdampak pada eksklusivitas barang-barang mewah dan berpotensi merugikan pertumbuhan masa depan mereka di China. Merek-merek mewah seperti LVMH sudah mengalami penurunan penjualan di wilayah tersebut. “Tidak ada lagi kepercayaan buta pada merek-merek terkenal di bawah tren pengeluaran yang berhati-hati saat ini. Sebaliknya, ada keputusan belanja yang lebih rasional yang memicu diskusi aktif mengenai alternatif yang lebih murah,” ujar Blair Zhang, analis senior kecantikan dan mode dari Mintel.
Unduh Aplikasi NextShark:
Ingin tetap update tentang Berita Asia Amerika? Unduh Aplikasi NextShark hari ini!