Permintaan maaf Jepang atas para ‘comfort women’ Filipina pada Perang Dunia II dikritik oleh para korban

[Sumber]

Jepang telah mengulangi permintaan maafnya atas penderitaan yang dialami oleh para “comfort women” Filipina selama Perang Dunia II. Lebih dari 1.000 wanita diculik dan dipaksa menjadi budak seks oleh personel militer selama pendudukan Jepang di Filipina dari tahun 1942 hingga 1945. Saat ini, hanya 18 korban yang masih hidup. Kaneko Mariko, wakil sekretaris pers Kementerian Luar Negeri Jepang, menekankan bahwa Jepang telah lama meminta maaf dan menganggap ganti rugi telah diselesaikan melalui Perjanjian Damai San Francisco tahun 1951.

Lila Pilipina “memperdeplak” permintaan maaf: Namun, Lila Pilipina, sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1994 oleh korban comfort women yang masih hidup dan pendukung mereka, mengecam pernyataan terbaru tersebut, dengan argumen bahwa klaim Jepang memutarbalikkan fakta sejarah untuk memperoleh dukungan dari Filipina dan membenarkan penandatanganan Perjanjian Akses Balik antara Jepang dan Filipina. Pakta militer ini memungkinkan penempatan pasukan masing-masing di tanah satu sama lain, dengan tujuan mengatasi kekhawatiran keamanan di Laut China Selatan, terutama sebagai tanggapan terhadap tindakan agresif China di wilayah tersebut. Lila Pilipina menekankan bahwa ganti rugi pasca perang secara utama mendukung Jepang, membuat korban individu tidak mendapatkan kompensasi yang layak. Mereka mendesak Senat Filipina untuk menolak perjanjian tersebut.

Pernyataannya: “Pemerintah Jepang tidak pernah sungguh-sungguh meminta maaf kepada para ‘Comfort Women’ Filipina dan korban pemerkosaan di masa perang. Surat permintaan maaf pribadi yang dikirim oleh para pemimpin negara Jepang pada tahun 1990-an tidak memiliki bobot permintaan maaf yang penuh dan resmi. Pendirian Dana Wanita Asia setelah surat-surat ini juga tidak menandakan penyesalan yang sungguh-sungguh karena dana tersebut sebenarnya adalah sumbangan oleh warga sipil, dan bukan dalam hal apapun, ganti rugi atas kerusakan yang dilakukan oleh pemerintah Kekaisaran Jepang yang seharusnya bertanggung jawab penuh atas kejahatan-kejahatan tersebut.”

Unduh Aplikasi NextShark:

Ingin tetap update tentang Berita Asia Amerika? Unduh Aplikasi NextShark hari ini!