Ketika Amerika Serikat memilih presidennya, dampak pilihannya dirasakan di seluruh dunia, dan sedikit negara yang langsung terpengaruh seperti Iran.
Namun, ketika AS memberikan suara pada hari Selasa dalam pemilihan di mana Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump berada di posisi yang sama kuat menurut hasil jajak pendapat terakhir, Iran sedang menghadapi realitas yang sangat menantang, kata para analis: Ketegangan dengan Washington tampaknya akan tetap tinggi tak peduli siapa yang akhirnya berada di Gedung Putih.
Demokrat Harris dan Republik Trump bersaing untuk menjadi presiden pada saat serangan besar Iran yang ketiga terhadap Israel nampaknya hampir pasti terjadi dan keprihatinan mengenai perang regional yang meluas masih berlanjut.
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah menjanjikan respons “penghancur gigi” kepada Israel sebagai pembalasan atas serangan udara pertamanya yang diduga dilakukan terhadap Tehran dan beberapa provinsi lain pada 26 Oktober.
Para komandan di Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) menyatakan tindakan berikutnya terhadap Israel – yang diharapkan melibatkan tentara Iran juga setelah empat tentara terbunuh oleh bom Israel – akan melibatkan proyektil yang lebih canggih.
Di tengah latar belakang ini, kedua kandidat presiden di AS telah mengungkapkan pandangan keras mereka terhadap Tehran. Harris menyebut Iran sebagai “musuh terbesar” AS bulan lalu sementara Trump menganjurkan agar Israel menyerang fasilitas nuklir Iran.
Di saat yang sama, keduanya juga menunjukkan bahwa mereka akan bersedia untuk terlibat secara diplomatis dengan Iran.
Menyampaikan kepada para wartawan di New York pada bulan September, Trump mengatakan dirinya terbuka untuk memulai kembali negosiasi tentang perjanjian nuklir. “Kita harus membuat kesepakatan karena konsekuensinya sangat sulit. Kita harus membuat kesepakatan,” katanya.
Harris sebelumnya juga telah mendukung kembali ke pembicaraan nuklir meskipun nada bicaranya terhadap Iran telah memperkeras belakangan ini.
Menurut analis politik berbasis Tehran Diako Hosseini, pertanyaan besar bagi Iran di tengah semua ini adalah kandidat presiden mana dari kedua yang lebih siap untuk mengelola ketegangan.
“Trump memberikan dukungan berlebihan kepada Israel sementara Harris sangat berkomitmen pada agenda utama AS terhadap Iran,” katanya kepada Al Jazeera.