Praktik Upacara Adat Suku Tengger Terungkap

Ayo kita jelajah ke pedalaman Jawa Timur, di kaki Gunung Bromo, dan mengenal upacara adat unik dari masyarakat Tengger. Sebagai jurnalis yang berpengalaman, saya ingin berbagi budaya menakjubkan yang tersembunyi ini kepada pembaca setia surat kabar kami.

Masyarakat Tengger terkenal dengan keberanian dan keteguhan hati mereka dalam menjalani kehidupan di daerah ini. Salah satu praktik seremonial yang paling mencolok dari masyarakat Tengger adalah Upacara Kasodo. Upacara ini dilakukan setiap tahun pada bulan ke-14 dalam penanggalan Tengger, sebagai tanda terima kasih kepada Sang Hyang Widi, pemilik dan penjaga Gunung Bromo, yang diyakini sebagai tempat sakral bagi suku Tengger.

Dalam Upacara Kasodo, masyarakat Tengger berkumpul di kaki Gunung Bromo dan melakukan berbagai ritual keagamaan. Mereka membawa bunga, hasil bumi, dan hewan kurban sebagai tanda penghargaan kepada Sang Hyang Widi. Ada pula prosesi unik dimana setiap peserta melempar sesaji ke kawah Gunung Bromo, sebagai simbol penyerahan diri mereka kepada Sang Hyang Widi.

Selain Upacara Kasodo, masyarakat Tengger juga memiliki praktik seremonial lain yang tak kalah menarik, yaitu Upacara Ngaben. Upacara Ngaben dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi orang yang telah meninggal. Dalam upacara ini, keluarga dan kerabat mendiang berkumpul untuk memberikan penghormatan dan memohon restu kepada leluhur.

Prosesi Upacara Ngaben sendiri sangat kental dengan nuansa spiritual dan religius. Mulai dari prosesi penguburan jenazah hingga pembakaran mayat, setiap langkah dilakukan dengan penuh kesakralan. Pada akhir acara, keluarga yang ditinggalkan akan melakukan persembahan doa dan pemujaan kepada arwah si almarhum, sebagai bentuk penghormatan dan upaya agar arwahnya diterima di alam baka.

Melalui praktik seremonial yang kaya akan makna ini, masyarakat Tengger berhasil mempertahankan warisan budaya nenek moyang mereka. Perpaduan antara nilai-nilai religius dan kearifan lokal menjadi benang merah yang mengikat erat kehidupan masyarakat Tengger, sehingga mempertahankan identitas budaya mereka yang unik di tengah arus globalisasi.

Sebagai jurnalis yang beruntung bisa merasakan langsung keindahan budaya Tengger, saya berharap agar generasi muda Indonesia dapat memahami dan menghargai warisan budaya yang ada. Ayo kita lestarikan keberagaman budaya Indonesia, termasuk praktik seremonial masyarakat Tengger, agar tetap bersinar dan dikenang hingga masa depan. Semoga kearifan lokal ini dapat terus menjadi sumber inspirasi bagi seluruh masyarakat Indonesia.”