Presiden Moldova Maia Sandu tersenyum sambil memegang buket bunga saat ia merayakan dengan para pendukung hasil sementara putaran kedua pemilihan presiden, di Chisinau, Moldova, Minggu, 3 November 2024.
toggle caption
CHISINAU, Moldova — Presiden pro-Barat Moldova Maia Sandu telah memenangkan masa jabatan kedua dalam putaran pemilihan presiden yang menentukan melawan lawan yang bersahabat dengan Rusia, dalam perlombaan yang diwarnai oleh klaim campur tangan Rusia, kecurangan pemilih, dan intimidasi di negara kandidat Uni Eropa.
Dengan hampir 99% suara yang dihitung dalam putaran kedua pemilihan presiden yang diadakan pada Minggu, Sandu mendapat 55% suara, menurut Komisi Pemilihan Pusat, atau KPP, dibandingkan dengan 45% untuk Alexandr Stoianoglo, mantan jaksa agung yang didukung oleh Partai Sosialis pro-Rusia.
Hasil ini akan menjadi sebuah kelegaan besar bagi pemerintah pro-Barat, yang sangat mendukung kandidatur Sandu, dan upayanya untuk mempererat hubungan Barat di jalur Moldova menuju Uni Eropa.
“Moldova, kamu menang! Hari ini, warga Moldova terkasih, kalian telah memberikan pelajaran demokrasi, layak untuk ditulis dalam buku sejarah. Hari ini, kalian telah menyelamatkan Moldova!” ujar Sandu setelah mengklaim kemenangan setelah tengah malam.
Ia melanjutkan dengan menyatakan bahwa suara negaranya menghadapi “serangan belum pernah terjadi” melalui skema-skena yang diduga termasuk uang kotor, pembelian suara, dan campur tangan pemilu “oleh kekuatan asing yang bersifat musuh dari luar negeri” dan kelompok kriminal.
“Kalian telah menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa menghalangi kekuatan rakyat saat mereka memilih untuk bersuara melalui hak suara mereka,” tambahnya.
Berbicara sebelum suara terhitung akhir, Stoianoglo mengatakan kepada media bahwa “setiap suara pantas mendapat penghormatan” dan ia berharap “mulai sekarang, kita akan mengakhiri kebencian dan perpecahan yang diberlakukan pada kita.” Belum jelas apakah ia telah mengomentari secara publik tentang kekalahan pemilihan.