Seorang pria berusia 40 tahun meninggal pada hari Minggu saat mencoba melintasi Selat dari utara Prancis ke Inggris. Menurut prefektur di Calais, pria tersebut berdarah India dan mengalami serangan jantung setelah perahu yang ia tumpangi bersama sekitar 50 pria, wanita, dan anak-anak lainnya, bocor beberapa menit setelah meninggalkan pantai Prancis. Semua orang berenang kembali ke pantai tapi ia ambruk dan upaya resusitasi oleh layanan darurat di pantai gagal untuk menghidupkannya kembali. Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 5.30 pagi waktu setempat (0430 GMT) di lepas pantai kota Tardinghen. Hal ini menambah jumlah kematian tahun ini dari orang-orang yang menyeberangi Selat menjadi 57, tahun paling mematikan sejauh ini untuk perlintasan Selat. Namun, hal ini tampaknya tidak menahan orang-orang untuk mencoba perjalanan tersebut. Hingga hari Sabtu jumlah orang yang telah menyeberangi Selat dengan perahu kecil sejauh ini tahun ini telah melebihi total orang yang tiba di seluruh tahun 2023, menurut data yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Sejauh ini tahun ini 29.642 orang telah melakukan perjalanan tersebut, dibandingkan dengan 29.437 tahun lalu. Tidak mungkin bahwa total 45.755 orang yang tiba dengan perahu kecil pada tahun 2022 akan terlampaui hingga akhir Desember 2024. Pada hari Sabtu, 64 orang menyeberangi Selat dengan satu perahu. Menurut pernyataan dari prefektur Calais: “Sejak [kemarin] Senin malam dan kembalinya kondisi cuaca yang menguntungkan, tekanan di garis pantai sangat intens dan banyak migran mencoba untuk berlayar.” Pejabat Prancis mengatakan 57 kejadian telah tercatat sejak Senin termasuk 32 upaya yang dicegah oleh polisi. Mereka menambahkan bahwa sebelumnya pada hari Minggu beberapa upaya dicegah oleh polisi dan gendarmes, termasuk di Équihen-Plage, Calais, dan Sangatte. Mereka mengatakan perahu karet yang terlibat dalam insiden di mana pria tersebut meninggal berada dalam kondisi sangat buruk dan bocor segera setelah keberangkatannya. Orang-orang di atas kapal menemukan diri mereka di air dan berenang kembali ke pantai. Tidak semua memiliki jaket pelampung. Sebuah penyelidikan telah diluncurkan oleh jaksa agung Boulogne-sur-Mer. Enver Solomon, chief executive Refugee Council, mengatakan: “Ini adalah kehilangan jiwa yang tragis dan bisa dicegah lainnya di Selat dengan kematian sekarang menjadi sangat sering. Kita tidak boleh menerima kejadian dan skala tragedi ini sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari dengan menjadi kebal terhadap mereka. Setiap kematian adalah pengingat bahwa orang-orang yang melakukan perjalanan berbahaya ini adalah pria, wanita, dan anak-anak yang putus asa, yang juga sesama manusia kita, yang harus melarikan diri dari teror, perang, dan penindasan dalam mencari keamanan.”