Ratusan warga Palestina tewas atau terluka akibat serangan Israel di sebuah bangunan tempat tinggal bertingkat di Beit Lahiya, utara Gaza, demikian para medis dan pejabat lokal di wilayah tersebut mengatakan. Kantor media pemerintah di Gaza, yang dikelola oleh Hamas, menyebutkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 72. Serangan itu terjadi pada hari Minggu pagi di sebuah bangunan tempat tinggal yang menampung enam keluarga. Belum ada konfirmasi independen mengenai laporan tersebut atau jumlah kematian yang dilaporkan, yang diikuti dengan serangan bombardir Israel yang intensif ke berbagai target di seluruh Gaza dalam beberapa hari terakhir. Pejabat Israel sebelumnya menuduh pihak berwenang di Gaza secara sistematis melebih-lebihkan laporan korban dari serangan di wilayah tersebut. Di Lebanon, serangan udara Israel terus berlanjut dengan beberapa serangan di Beirut dan wilayah lainnya yang dilaporkan pada hari Minggu pagi. Tiga serangan dilaporkan terjadi di lokasi terpisah di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, yang merupakan kubu Hezbollah, mengirimkan awan asap putih tebal di atas sasaran itu. Juga dilaporkan adanya serangan di beberapa wilayah lain di negara itu, termasuk kota pelabuhan Tyre. Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengatakan serangan tersebut berbasis intelijen dan ditujukan pada pusat komando Hezbollah dan infrastruktur. Peringatan dini telah diberikan kepada warga sipil, tambah pernyataan tersebut. Serangan itu di Gaza pada hari Minggu terjadi dalam ofensif Israel di Beit Lahiya dan kota-kota terdekat Beit Hanoun dan Jabaliya. Pengepungan ketat tiga kota tersebut dan sejumlah perintah evakuasi telah menimbulkan kekhawatiran luas bahwa Israel bermaksud memaksa populasi sipil meninggalkan bagian tertua di Gaza dan tidak akan mengizinkan kembali mereka. “Selama beberapa minggu terakhir, pembicaraan di Gaza telah begitu intens mengenai ‘Rencana Jenderal’ yang disebutkan … di dalam pasukan Israel … yang bertujuan mengusir penduduk Palestina di bagian utara Gaza dengan cara membunuh mereka, memaksa mereka keluar, atau melapar mati yang tinggal,” ujar Médecins Sans Frontières pada hari Jumat. “Cara ofensif yang terus berlangsung di utara … memperkuat ide bahwa kita sedang menyaksikan pelaksanaan rencana itu,” tambah LSM tersebut. Israel membantah adanya niat seperti itu dan mengatakan ofensif yang diluncurkan bulan lalu bertujuan untuk mencegah Hamas berkumpul kembali di area yang telah dibersihkan dalam beberapa putaran pertempuran sebelumnya. Di Lebanon, pemberitaan Israel menyebutkan bahwa pasukan Israel telah maju hingga tiga mil (5km) dari perbatasan yang disengketakan. Media Israel mengatakan Angkatan Pertahanan Israel dengan sengaja ‘memburamkan’ sejauh mana operasinya di Lebanon, meskipun kebanyakan tujuan yang ditentukan oleh pemerintah Israel telah tercapai. “TNI tidak akan mengakui hal ini, tetapi Komando Utara menyelesaikan misi yang diberikan oleh kepemimpinan politik dua minggu lalu, tepat waktu. Misi itu adalah untuk menghilangkan ancaman invasi Galilea,” tulis Yoav Zitun di surat kabar Israel Yedioth Ahronoth.