Pada harinya cuaca cerak di bulan Juli yang lalu, aku mempunyai kesempatan untuk mengunjungi desa Pitung di wilayah Betawi. Desa Pitung merupakan salah satu desa tradisional yang masih mempertahankan adat dan budaya Betawi dengan sangat kental. Aku selaku jurnalis yang berpengalaman merasa terkesan dengan ritual-ritual yang dilakukan oleh masyarakat desa Pitung.
Salah satu ritual yang paling menarik perhatianku adalah upacara adat yang diadakan setiap bulan purnama. Upacara ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat desa Pitung atas hasil panen yang mereka dapatkan. Seluruh warga desa Pitung berkumpul di balai desa sambil memakai pakaian adat Betawi lengkap dengan hiasan kepala yang indah.
Upacara dimulai dengan ibu-ibu yang membawakan tarian tradisional Betawi yang memikat hati. Mereka bergerak lincah dan gemulai sambil mengikuti irama musik tradisional yang dimainkan oleh pemain rebana dan gendang. Para penari ini seakan membawa kita kembali ke masa lalu, ketika Betawi masih dipenuhi oleh nilai-nilai adat yang kental.
Setelah tarian selesai, seluruh warga desa Pitung mengucapkan puji syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen yang melimpah. Mereka membawa makanan dan hasil bumi lainnya sebagai tanda terima kasih kepada alam yang telah memberikan rezeki kepada mereka. Para tetua adat desa Pitung memimpin doa bersama sambil memohon agar panen selalu melimpah dan desa Pitung tetap aman dan damai.
Selain upacara adat bulanan, desa Pitung juga memiliki ritual lain yang tidak kalah menarik, yaitu upacara pemakaman. Pada harinya itu, seluruh warga desa berkumpul untuk mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhir dengan penuh penghormatan. Mereka membawa bunga dan dupa sebagai tanda penghormatan kepada arwah yang meninggal.
Para pemuda desa Pitung juga memiliki ritual tersendiri yang disebut sebagai “kretek-kretek”. Mereka berkumpul di malam hari sambil melemparkan kretek ke udara sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan yang mereka dapatkan. Kretek yang terbang di udara seolah menjadi simbol kejayaan dan semangat juang para pemuda desa Pitung.
Melalui ritual-ritual yang dilakukan oleh masyarakat desa Pitung, kita bisa melihat begitu kaya dan beragamnya budaya Betawi. Setiap tradisi dan kebiasaan memiliki makna dan nilai tersendiri yang harus dijaga dan dilestarikan. Aku selaku jurnalis merasa beruntung untuk mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan keindahan dan kearifan lokal yang terdapat di desa Pitung.
Dengan demikian, marilah kita semua bersama-sama menjaga dan melestarikan warisan budaya Betawi agar tetap hidup dan berkembang untuk generasi yang akan datang. Semoga desa Pitung dan kebudayaan Betawi senantiasa terjaga kelestariannya dan terus menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang pantas kita banggakan.