Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban terus menerus melakukan diplomasi perangkat ulangnya untuk mencapai gencatan senjata di Ukraina, mengunjungi Beijing pada hari Senin setelah singgah di Kyiv dan Moskow.
Para sekutu Ukraina yaitu NATO dan Uni Eropa menolak misi tersebut, dengan mengatakan bahwa Orban tidak sedang melakukan inisiatif atas nama mereka. Rusia, setelah awalnya mengabaikan upaya Orban, mengatakan bahwa hal itu bisa menjadi “sangat berharga”.
“Dia telah menunjukkan keinginan politiknya untuk berdialog. Kami sangat, sangat mengapresiasinya. Kami percaya bahwa hal itu dapat sangat berguna,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Senin.
Itu menandai perubahan dari penilaian awalnya. Orban mengunjungi Kyiv pada 2 Juli, segera setelah Hungaria mengambil alih kepresidenan rotasi Uni Eropa, dan Moskow tiga hari kemudian.
Peskov mengatakan pada waktu itu, “kami tidak mengharapkan apa pun” dari kunjungan Orban ke Kyiv, menambahkan bahwa Orban akan diwajibkan untuk melayani “kepentingan Brussel daripada kepentingan nasional Hungaria”.
Orban, seorang populis yang sering berselisih dengan UE, telah meminta gencatan senjata sebagai langkah pertama menuju perundingan perdamaian. Baik Moskow maupun Kyiv menolak hal itu, dengan mengatakan bahwa hal itu akan memberikan kesempatan bagi pihak lain untuk berkumpul kembali secara militer.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menetapkan syarat-syarat yang keras untuk menerima gencatan senjata tersebut.