Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal BMJ Health and Care Informatics menemukan bahwa sepertiga dari 1.006 dokter umum (GP) yang disurvei telah menggunakan alat kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT untuk membantu dalam tugas-tugas seperti menulis surat untuk pasien setelah konsultasi. Sebanyak satu dari lima responden mengungkapkan bahwa mereka telah menggunakan alat AI generatif dalam praktik klinis mereka, dengan hampir sepertiga dari mereka menggunakan alat tersebut untuk menghasilkan dokumen setelah konsultasi pasien. Selain itu, sebagian dari mereka juga menggunakan alat tersebut untuk menyarankan diagnosis alternatif atau opsi pengobatan untuk pasien.
Meskipun ditemukan bahwa beberapa dokter umum mengambil manfaat dari penggunaan alat AI ini, peneliti mengungkapkan kekhawatiran terkait risiko penggunaan alat AI ini terhadap privasi pasien. Mereka mempertanyakan bagaimana perusahaan internet di balik AI generatif ini menggunakan informasi yang mereka kumpulkan.
Seorang penasihat medis hukum di Medical Defence Union, Dr. Ellie Mein, menekankan bahwa penggunaan AI oleh dokter umum dapat menimbulkan isu-isu seperti ketidakakuratan dan kerahasiaan data pasien. Ia menyarankan agar dokter menggunakan AI dengan etika dan mematuhi panduan serta regulasi yang relevan.ini adalah sebuah area yang terus berkembang dan penulis setuju bahwa dokter saat ini dan masa depan membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang manfaat dan risiko penggunaan AI di tempat kerja.