Setelah banjir melanda, Noor Mohammed menemukan jasad keluarganya di jalanan dan di lapangan kebun. Pria 75 tahun itu hanya berjarak 100m dari rumahnya di bagian utara Afghanistan ketika dia mendengar gemuruh air mematikan mendekat. Noor berlari menuju rumah di mana istrinya, saudara perempuannya, anak lelakinya, dan dua cucunya sedang beristirahat. Namun, sudah terlambat. Banjir air tiba-tiba membawa pergi keluarganya dan rumahnya. Banjir kilat menerjang pada Jumat, disebabkan oleh kombinasi badai yang sangat besar setelah musim dingin kering, yang membuat tanah terlalu keras untuk menyerap semua hujan. Kehancuran merata sejauh mata memandang. Program Pangan Dunia mengatakan lebih dari 300 orang meninggal dan 2.000 rumah hancur dalam banjir, yang memengaruhi lima distrik di provinsi Afghanistan utara Baghlan. Jumlah korban diperkirakan akan meningkat. Provinsi Badakhshan, Ghor, dan Herat barat juga mengalami kerusakan parah. “Saya merasa tak berdaya,” kata Noor. Saat senja, ia dengan panik mencari di sekitar rumahnya di desa Gaz di Baghlan, tetapi tidak menemukan jejak keluarganya. Dia menyerah pada pukul 01:00 dan, di tengah malam, berjalan ke rumah putrinya Saeeda yang berjarak tiga jam. Dia kembali ke rumah keesokan harinya dan menemukan jasad keluarganya. “Ini sangat menghancurkan,” katanya. Noor mengatakan bahwa dia belum pernah mengalami sesuatu seperti itu seumur hidupnya, baik dari bencana alam yang sering melanda daerah tersebut maupun dari perang saudara yang melanda negara itu. Saeeda, yang di antara dua cucu N…