Sebagian Acara Peringatan Pendaratan PD II Dibatalkan karena Cuaca

Peringatan yang menandai ulang tahun ke-80 pendaratan sekutu di selatan Perancis sebagian telah dibatalkan karena peringatan badai. Presiden Perancis Emmanuel Macron seharusnya mengadakan resepsi bersama kepala negara lain di atas kapal helikopter amfibi Dixmude, tetapi acara tersebut kini dibatalkan. Pembentukan kembali pendaratan di Toulon juga telah dibatalkan. Pendaratan di Provence memainkan peranan penting dalam pembebasan Perancis selama Perang Dunia II, memungkinkan pasukan sekutu untuk merebut kembali sebagian besar selatan Perancis. Terkadang disebut sebagai D-Day yang terlupakan, pendaratan itu terjadi segera setelah pendaratan yang jauh lebih terkenal di Normandia. Istana Elysee mengumumkan kortng waktu sebelum peringatan itu dimulai bahwa resepsi di Dixmude tidak akan lagi dilaksanakan. Sementara itu, otoritas lokal untuk wilayah Var mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pembentukan kembali di pantai Lido di Mourillon telah dibatalkan karena “kondisi cuaca yang tidak menguntungkan dan risiko badai yang signifikan”. Badai hebat dan hujan lebat diprediksi untuk wilayah tersebut, dengan angin hingga 140km/jam. Pendaratan di Provence dimulai ketika sekitar 100.000 tentara Amerika, Inggris, dan Kanada mendarat di pantai Riviera Perancis pada 15 Agustus 1944. Mereka diikuti oleh 250.000 tentara yang direkrut sebagian besar dari koloni Prancis di Afrika utara dan Afrika sub-Sahara. Namun, dibutuhkan beberapa dekade untuk menggarisbawahi peran mereka selama peringatan operasi militer tersebut. Berbicara di sebuah upacara di Taman Pemakaman Nasional Boulouris di kota Saint-Raphael, Mr Macron memberikan penghormatan kepada peran penting yang dimainkan oleh tentara Afrika, yang sering kali direkrut secara paksa. Pasukan dari apa yang sekarang menjadi Kamerun, Republik Afrika Tengah, Gabon, Togo, Maroko, dan Niger mengorbankan nyawanya ketika mereka “mengusir Jerman pada 22 Agustus [1944]”, katanya. Presiden Perancis didampingi oleh enam pemimpin Afrika, termasuk Paul Biya dari Kamerun dan Faustin-Archange Touadera dari Republik Afrika Tengah. Dalam pidatonya, Biya mengatakan: “Tidak akan ada kemenangan sekutu tanpa kontribusi dari bangsa lain, tanpa orang asing.” Tentara pendaratan Provence – yang dijuluki Operasi Dragoon – memainkan peran kunci dalam menangkap pelabuhan-pelabuhan utama Mediterania Marseille dan Toulon serta meningkatkan tekanan pada pasukan Nazi dengan membuka front baru.