Sementara Israel Terus Berjuang di Tepi Barat, Penduduk di Satu Zona Pertempuran Kewalahan Dengan Kerusakan

Operasi Israel saat ini telah menargetkan pejuang Palestina di Jenin dan Tulkarm, yang menurut militer Israel telah mencoba lebih dari 150 serangan terhadap warga Israel dalam setahun terakhir. Awal bulan ini, Hamas dan Jihad Islam — dua kelompok bersenjata Palestina utama — mengaku bertanggung jawab atas percobaan bom di Tel Aviv yang menyebabkan luka sedang pada seorang pejalan kaki dan membunuh pelaku.

Operasi Israel di Tulkarm difokuskan pada Nur Shams, yang terletak di pinggiran kota. Historisnya, tempat ini adalah kamp pengungsi bagi warga Palestina setelah perang tahun 1948 seputar pendirian Israel, kini menjadi wilayah pemukiman dan benteng pejuang Palestina.

Pasukan Israel sudah beberapa kali menyisir wilayah tersebut sejak 7 Oktober, seringkali berjam-jam lamanya, merusak jalan dan bangunan. Drone Israel meluncurkan serangan dari udara — yang dulunya jarang terjadi di Tepi Barat namun kini menjadi umum — menargetkan pejuang di dalam mobil dan rumah.

Pada hari Jumat, satu keluarga berjalan di jalan-jalan wilayah tersebut sambil membawa jenasah Ayed Abu al-Heija, kerabat yang tewas dalam serangan. Dia tinggal sendirian, tidak bekerja, dan menderita gangguan mental yang membuatnya tidak mampu merawat dirinya sendiri tanpa bantuan, demikian dikatakan keluarganya.

Haitham Abu al-Heija, keponakan berusia 53 tahun, mengatakan bahwa dia mendengar tembakan pada hari Rabu ketika dia bersembunyi di rumahnya, takut tertangkap dalam baku tembak. Kemudian ia berani melongok keluar jendela dan melihat pamannya tergeletak mati, pintu rumahnya terbuka sedikit, katanya.

“Ia tidak bisa memahami bahaya,” katanya dalam wawancara telepon.

Keesokan harinya, pasukan Israel menyergap rumahnya, memaksa ia dan keluarganya keluar, katanya. Suara tembakan dan ledakan sesekali menakutkan anak-anaknya, katanya, saat mereka menunggu di luar, terpapar selama kira-kira satu jam.

Dikelilingi oleh tentara, ia melihat jenasah pamannya masih tergeletak di depan pintu, katanya. Ketika tentara memperbolehkan mereka masuk kembali, mereka menemukan lubang ledakan besar di salah satu ruangan.

“Semoga tidak ada orang lain yang harus mengalami apa yang kami alami dalam beberapa hari terakhir,” katanya.