Siapakah Wakil Presiden AS Kamala Harris – dan bisakah ia mengalahkan Donald Trump? | Berita Pemilu AS 2024

Dalam suatu gejolak politik yang cukup dramatis di AS, Presiden Joe Biden telah mengatakan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri untuk pemilihan kembali pada bulan November dan malah mendukung Wakil Presiden Kamala Harris.

Harris sudah mencatat sejarah dengan menjadi wakil presiden perempuan dan kulit hitam pertama dalam sejarah AS, namun ia memiliki kekhawatiran apakah ia dapat mengalahkan kandidat dari Partai Republik dan mantan Presiden Donald Trump.

Hari-hari mendatang akan menunjukkan apakah Harris benar-benar akan diterima oleh partai dan dipilih sebagai kandidat mereka di Konvensi Nasional Demokrat bulan depan.

Pada hari Minggu, Biden menyebut keputusan untuk memilih mantan jaksa Harris sebagai pasangannya dalam pemilihan 2020 sebagai “keputusan terbaik yang pernah saya buat”, sambil mendesak para Demokrat untuk mendukungnya.

“Kini saya ingin memberikan dukungan dan rekomendasi sepenuhnya kepada Kamala untuk menjadi kandidat partai kita tahun ini,” kata Biden dalam sebuah postingan di X.

Inilah yang kita ketahui tentang Harris:

Siapa dia?

Harris, 59 tahun, lahir di Oakland, California, anak dari seorang ibu kelahiran India dan ayah kelahiran Jamaika.

Ia menempuh pendidikan di Howard University di Washington, DC sebelum mendapatkan gelar hukumnya dari Fakultas Hukum Universitas California, San Francisco.

Ia mulai bekerja di kantor jaksa distrik Alameda County, sebelum pindah ke kantor jaksa distrik San Francisco.

Ia menjadi jaksa distrik San Francisco pada tahun 2003. Ia kemudian terpilih sebagai jaksa agung California, peran penegak hukum tertinggi negara itu, pada tahun 2010 dan terpilih kembali empat tahun kemudian.

Ia terpilih menjadi Senator AS pada tahun 2016 dan menjadi salah satu kritikus utama Trump, terutama terkait kebijakan imigrasi.

Pertanyaan masih besar bagi Demokrat.

Ditulis oleh Al Jazeera’s Alan Fisher, melaporkan dari Washington, DC, bahwa meskipun Biden telah mendukung Harris, itu tidak berarti bahwa ia akan mendapatkan dukungan dari Partai Demokrat, yang memiliki waktu kurang dari sebulan sebelum konvensinya dimulai.

“Dikatakan Alan Fisher, “Demokrat mungkin tidak ingin bertarung di lantai konvensi di Chicago.” Fisher mengatakan. “Ini terlihat tidak pantas, dan mereka mungkin segera bersatu di sekitar Kamala Harris, dan kemudian mencari wakil presiden yang mungkin membantu mereka di area lain.”

Hasil jajak pendapat terbaru yang dilakukan setelah penampilan debat yang lemah dari Biden melawan Trump tidak menyarankan bahwa Harris lebih mungkin mengalahkan Trump pada bulan November. Para pendukung Harris telah berargumen bahwa jajak pendapat tersebut mungkin akan berubah sekarang bahwa Biden tidak lagi dalam perlombaan.

Misalnya, jajak pendapat Economist/YouGov yang dirilis pekan lalu menemukan bahwa Biden akan kalah dari Trump dengan skor 41 persen hingga 43 persen. Jajak pendapat tersebut menunjukkan Harris kalah dengan skor 39 persen hingga 44 persen.