Setidaknya 13 orang tewas dan jutaan orang dibiarkan tanpa listrik di Bangladesh setelah Siklon Remal, badai tropis pertama musim ini, melanda negara itu dan India bagian timur pada hari Minggu. Remal, yang memiliki kecepatan angin lebih dari 70 mil per jam, meninggalkan jejak kehancuran, merobohkan pohon dan merusak saluran listrik di seluruh wilayah, kata pejabat. Badai merusak atau menghancurkan lebih dari 35.000 rumah di sepanjang wilayah pantai Bangladesh, memengaruhi sekitar 3,5 juta orang, menurut pejabat. Lebih dari 13 juta orang kehilangan listrik pada Senin malam, menurut pejabat kementerian energi. Negara Asia Selatan itu memiliki populasi 170 juta.
Badai juga menyebabkan pemadaman listrik dan merusak rumah di negara bagian India, Bengal Barat. Badai melanda setelah beberapa minggu panas yang intens di wilayah tersebut, dengan suhu mencapai sekitar 40 derajat Celsius. Remal mendarat dekat pelabuhan selatan Bangladesh, Mongla, dan Pulau Sagar India sekitar jam 9 malam pada hari Minggu. Sekitar sejuta orang dievakuasi dari desa pantai Bangladesh sebelum badai melanda. Sebagian besar desa tersebut terendam banjir, membuat jutaan orang rentan, kata pejabat. “Saat Siklon Remal melanda daerah pantai Bangladesh, lebih dari 8,4 juta orang, termasuk 3,2 juta anak, berisiko kesehatan, nutrisi, sanitasi, dan keselamatan tinggi,” ujar Sheldon Yett, perwakilan UNICEF untuk Bangladesh, dalam sebuah pernyataan. Ibu kota dalam negeri Bangladesh, Dhaka, dilanda hujan deras dan angin kencang. Badai mengganggu penerbangan di Bandara Internasional Shah Amanat di tenggara Bangladesh dan di Bandara Kolkata di India. Pada hari Selasa, badai melemah, tetapi para meteorolog di Bangladesh dan India memperingatkan bahwa hujan deras dan angin kencang bisa terus berlanjut selama beberapa hari.
Bangladesh telah dilanda sejumlah badai hebat dalam beberapa tahun terakhir. Mei lalu, sebuah siklon parah, Mocha, melanda Bangladesh dan Myanmar dan menewaskan beberapa orang. Badai menyebabkan kerusakan luas di kamp pengungsi Rohingya yang luas di Cox’s Bazar, menghancurkan lebih dari 3.000 pondok dan pusat belajar yang terbuat dari anyaman bambu dan terpal plastik.
Filipina juga melihat siklon tropis pertamanya musim ini. Typhoon Ewiniar melanda negara kepulauan itu pada Sabtu pagi. Kantor Pertahanan Sipil melaporkan Senin bahwa ada tujuh korban jiwa akibat badai tersebut. Badai itu memiliki angin kencang lebih dari 40 mil per jam, menurut Administrasi Layanan Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina. Saif Hasnat dan Suhasini Raj berkontribusi pada laporan.