Taiwan Mengatakan Jumlah Rekor Pesawat Tempur China Terdeteksi selama KTT NATO | Berita

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan 56 pesawat China melintasi garis tengah sensitif ketika Beijing melakukan latihan militer. Taiwan mengatakan bahwa sesudah mendeteksi jumlah pesawat perang China terbanyak yang berdekatan dengan pulau itu dalam jendela 24 jam paling lama tahun ini, negara tersebut tengah memantau gerakan militer China karena Beijing melakukan latihan yang bersamaan dengan pertemuan NATO di Washington DC. Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa “66 pesawat PLA dan tujuh kapal PLAN yang beroperasi di sekitar Taiwan terdeteksi hingga pukul 6 pagi [22:00 GMT Rabu] hari ini”. Dari jumlah tersebut, 56 pesawat melintasi garis tengah sensitif yang membagi selat sempit selatan sepanjang 180 kilometer (112 mil) yang memisahkan pulau yang dikelola sendiri dari Tiongkok daratan, menurut kementerian tersebut. Kementerian Pertahanan Taiwan juga merilis dua gambar pesawat tempur J-16 China dan pembom H-6 yang mampu membawa senjata nuklir, yang diklaim diambil baru-baru ini. “Militer memahami secara rinci aktivitas di laut dan perairan di sekitar Selat Taiwan, termasuk pesawat dan kapal Komunis China,” kata juru bicara kementerian Sun Li-fang. Pada hari Rabu, pejabat Taiwan mengumumkan bahwa kapal induk Shandong China telah melewati dekat Filipina dalam perjalanan menuju latihan militer di Pasifik. Militer Filipina menyatakan telah menerima laporan tentang latihan China-Rusia yang berlangsung di Laut Filipina tanpa menyebutkan secara langsung kapal induk Shandong tersebut. Taipei, yang dianggap Beijing sebagai bagian dari wilayahnya, telah mengeluh tentang meningkatnya aktivitas militer China dalam beberapa tahun terakhir karena Beijing mencoba memberikan tekanan pada pemerintahan Partai Progresif Demokrat Taiwan, yang telah mendukung penguatan identitas Taiwan dan membangun hubungan yang lebih erat dengan komunitas internasional. Beijing telah mengecam Presiden Taiwan William Lai Ching-te sebagai “separatis berbahaya” dan mengatakan pulau tersebut harus “disatukan” dengan Tiongkok daratan dengan cara kekerasan jika diperlukan. Dalam sebuah komunike yang dirilis pada hari Rabu, pemimpin NATO mengatakan China telah bertindak sebagai “pemberi bantuan yang tegas” bagi perang Rusia terhadap Ukraina dan menimbulkan tantangan sistemik bagi Eropa dan keamanannya. Seorang juru bicara misi China untuk Uni Eropa menuduh NATO “menggoreng berlebihan ancaman China yang disebut” dan mengatakan deklarasi itu penuh dengan “kebohongan dan pencemaran yang jelas”.