Suriah, salah satu bunuh diri yang selamat dari hampir 11 bulan perang adalah generasi yatim piatu dan cacat baru dan ada Sama yang berusia 8 tahun. Walau masih memiliki kedua orang tuanya dan seluruh anggota tubuhnya, Sama Tabeel hampir kehilangan seluruh rambutnya akibat stres perang yang tak tertahankan. “Saya takut dengan tembakan,” kata Sama kepada NBC News dari sebuah perkemahan di Khan Younis. Dia menutupi kepala botaknya dengan bandana pink yang jarang dilepas dan menghabiskan waktu dengan bermain dengan boneka yang rambutnya bisa dikepang, sembari merindukan rambutnya sendiri.
Ibu Sama menonton dengan hati yang berat saat putrinya menangis sepanjang wawancara. “Sama terpapar horor, ketakutan, dan panik,” kata Olfat Tabeel, 33 tahun. Sama hampir kehilangan seluruh rambutnya akibat stres perang.
Suatu malam, mereka terbangun oleh suara tembakan di atas tenda mereka di Rafah, kata Tabeel. Mereka melarikan diri, berlari ke rumah sakit, di mana mereka dibom lagi. Dua atau tiga hari kemudian, katanya, “anak saya sedang menyisir rambutnya, dan dia mengatakan kepada saya, ‘Lihatlah, Mom.'” Beberapa dokter mengira Sama mungkin memiliki alopecia, tetapi rambutnya rontok sekaligus, bukan perlahan. Dokter lain memberinya obat, tetapi efek sampingnya terlalu kuat bagi seorang anak berusia 8 tahun. Dokter lain menyarankan bahwa Sama akan membutuhkan analisis kulit kepala, “namun jenis tes seperti itu tidak ada di Gaza,” kata Tabeel. Dan obat sebenarnya mungkin memerlukan hal-hal yang lebih sulit didapat di Gaza: “Lebih dari satu dokter mengatakan kepada kami bahwa ini adalah keadaan psikologis dan ketakutan,” kata Tabeel, “dan dia membutuhkan vitamin dan makanan sehat.”