Tin Oo, salah satu pendiri Liga Nasional untuk Demokrasi di Myanmar bersama Aung San Suu Kyi, meninggal pada usia 97 tahun.

BANGKOK (AP) — Tin Oo, salah satu rekan terdekat pemimpin terjatuhnya Myanmar Aung San Suu Kyi serta salah satu pendiri partainya Liga Nasional untuk Demokrasi, telah meninggal dunia. Usianya 97 tahun.

Tin Oo meninggal dunia pada hari Sabtu pagi di Rumah Sakit Umum Yangon, kata Moh Khan, seorang pekerja amal yang mengutip anggota keluarganya. Para pekerja amal di Myanmar menangani pengaturan pemakaman.

Moh Khan mengatakan Tin Oo telah dirawat di Rumah Sakit Umum Yangon sejak hari Rabu karena kesulitan buang air kecil dan masalah kesehatan lainnya, termasuk kelemahan. Penyebab kematiannya belum diumumkan.

Pada tahun 1988, Tin Oo membantu mendirikan Liga Nasional untuk Demokrasi bersama Suu Kyi setelah pemberontakan yang gagal melawan pemerintahan militer. Ia kemudian menjadi wakil ketua, kemudian ketua partai baru tersebut.

Namun saat militer menindas pada tahun berikutnya, ia ditahan di bawah tahanan rumah, seperti halnya Suu Kyi. Serupa dengannya, ia menghabiskan 14 dari 21 tahun berikutnya di bawah tahanan rumah atau di penjara sebelum ia dibebaskan menjelang pemilu umum 2010. Partai tersebut telah memenangkan pemilu tahun 1990, namun hasilnya dibatalkan oleh pemerintah militer.

Ketika partai diizinkan untuk kembali melakukan kegiatan politik, Tin Oo melayani sebagai pemimpin senior dan pelindungnya. Ia sering terlihat dalam aksi unjuk rasa publik, dan ia membantu kampanye bersama Suu Kyi untuk pemilu 2015, yang dimenangkan partai tersebut dengan kemenangan telak.

Pemerintahan Suu Kyi digulingkan oleh tentara pada tahun 2021 setelah memenangkan masa jabatan kedua dalam pemilu 2020. Suu Kyi ditangkap dan diadili atas serangkaian tuduhan yang secara luas dianggap sebagai rekayasa demi alasan politik untuk membuatnya tetap dipenjara. Tin Oo tidak ditangkap dan justru diizinkan untuk tinggal dengan tenang di rumahnya di Yangon.

Latar belakang Tin Oo tidak lazim untuk seorang politisi senior, karena ia bergabung dengan Liga Nasional untuk Demokrasi setelah kariernya yang mencolok di militer.

Ia pernah menjadi Panglima Angkatan Bersenjata ke-4 antara tahun 1974 dan 1976 di bawah pemerintahan diktator Gen. Ne Win yang sudah meninggal. Setahun setelah pensiun, ia dipenjara karena diduga menyembunyikan informasi tentang sebuah kudeta gagal melawan Ne Win, namun dibebaskan pada tahun 1980 dalam sebuah amnesti.