Di Pulau Bali, tradisi banten atau persembahan religius merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Banten yang dilakukan secara rutin oleh para pengikut agama Hindu merupakan wujud rasa syukur dan penghormatan kepada para dewa dan roh leluhur.
Banten biasanya terdiri dari berbagai macam jenis makanan, bunga, dupa, dan juga air suci. Semua bahan yang digunakan untuk membuat banten dipercaya memiliki nilai simbolis dan spiritual yang tinggi. Proses pembuatan dan penyajian banten dilakukan dengan penuh rasa khidmat dan penghayatan, sebagai bentuk penghargaan kepada para dewa dan roh leluhur yang dipercayai senantiasa melindungi dan membimbing umat manusia.
Salah satu banten yang paling populer di Bali adalah canang sari, yaitu persembahan berupa sesajen yang terbuat dari daun kelapa, bunga, dan dupa. Canang sari biasanya diletakkan di pelataran rumah, pura, atau tempat-tempat suci lainnya sebagai bentuk doa dan rasa syukur atas berkah dan perlindungan yang diberikan para dewa. Setiap warna dan posisi dari canang sari juga memiliki makna dan simbolis yang dalam, yang mencerminkan filosofi hidup yang diyakini masyarakat Bali.
Selain canang sari, masih banyak banten lainnya yang juga lazim ditemui di Bali, seperti gebogan, sesajen, dan sajen. Tiap jenis banten memiliki tata cara dan filosofi tersendiri, yang menggambarkan hubungan yang erat antara manusia dengan alam semesta dan dunia spiritual. Melalui banten, masyarakat Bali mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, keselarasan, dan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
Tradisi banten di Bali juga menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara-upacara keagamaan dan budaya yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Mulai dari upacara melasti, ngaben, sampai besar kecilnya perayaan hari raya Hindu seperti Galungan dan Kuningan, banten selalu menjadi bagian utama dalam setiap upacara tersebut. Banten selalu memenuhi ruang spiritual dengan aroma harum dupa dan keindahan warna-warni bunga yang dihias secara artistik.
Namun, di balik keindahan dan kemegahan tradisi banten ini, ada usaha besar yang dilakukan oleh para pengikut agama Hindu di Bali untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya ini. Semakin banyak generasi muda yang terpapar oleh arus modernisasi, semakin sulit pula menjaga kelestarian tradisi banten ini. Oleh karena itu, peran serta seluruh lapisan masyarakat, mulai dari tokoh adat, pemangku adat, hingga generasi muda, amat diperlukan untuk terus melestarikan dan menghidupkan kembali tradisi banten ini.
Dengan menjaga dan menghargai tradisi banten, masyarakat Bali tidak hanya menjaga warisan budaya leluhur mereka, tetapi juga memperkuat identitas dan jati diri mereka sebagai bangsa yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan keindahan alam. Tradisi banten adalah cermin dari kearifan lokal dan keindahan budaya Bali yang patut dilestarikan dan dijunjung tinggi oleh semua generasi. Semoga keberadaan tradisi banten ini tetap abadi dan menjadi ciri khas yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Bali.