Uni Emirat Arab (UEA) mengecam pada Sabtu atas saran dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk bergabung dalam administrasi sipil potensial di Jalur Gaza pasca perang. Netanyahu saran dalam wawancara baru-baru ini bahwa administrasi sipil bersama warga Gaza dan mungkin dengan bantuan UEA, Arab Saudi, dan negara lain dapat menjalankan Gaza setelah perang. Pada Sabtu, Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed mengatakan negaranya menolak panggilan Netanyahu, menambahkan bahwa Gaza saat ini berada di bawah pendudukan Israel. “Negara Uni Emirat menekankan bahwa perdana menteri Israel tidak memiliki kapasitas sah yang mengizinkannya untuk mengambil langkah ini,” kata pejabat UEA dalam sebuah pos berbahasa Arab di X. “Negara menolak untuk terlibat dalam rencana apa pun yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi keberadaan Israel di Jalur Gaza,” tambahnya. UEA menjadi negara Teluk pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 2020. Namun, negara kaya ini telah beberapa kali mengkritik perang terus-menerus Israel di Jalur Gaza. Minggu lalu, UEA mengutuk kontrol Israel atas bagian Gaza dari perbatasan Rafah, sebuah operasi yang telah menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui fasilitas tersebut ke wilayah yang padat penduduk. Israel telah membombardir Gaza selama beberapa bulan, sejak militan Hamas melancarkan serangan berdarah yang belum pernah terjadi di Israel pada Oktober tahun lalu yang melibatkan pembantaian warga sipil.