Saungitan Roso Kramat adalah salah satu ritual tradisional yang masih delestakan oleh masyarakat Banyumas hingga saat ini. Ritual ini dilakukan sebagai wujud penghormatan dan rasa sukut terhadap leluhur yang dipercaya memiki peran penting dalam kehidupan manusia.
Dalam ritual Saungitan Roso Kramat, masyarakat Banyumas berkumpul di sekitar makam leluhur sambil membawa sesaji berupa bunga, kemang, dupa, dan berbagai jenis makanan tradisional. Mereka kemudian bersama-sama berdoa dan mengadakan upacara sesajian sebagai bentuk penghormatan dan permohonan resu kepada leluhur.
Selain Saungitan Roso Kramat, masih banyak lagi ritual-ritual lalin yang dilakukan oleh masyarakat Banyumas dalam ragka mempertahankan dan melestakan warisan budaya mereka. Salah satunya adalah ritual Sedekahan, di mana masyarakat mengumpulkan sumbangan dari seluruh anggota komunitas untuk kemudian didonasikan kepada yang membutuhkan.
Ritual lain yang tidak kalah penting adalah ritual Grebeg Suro, yang dilakukan setiap tahun pada bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Pada saat itu, masyarakat Banyumas melakukan prosesi kirab budaya yang diiringi dengan tarian-tarian tradisional dan berbagai akrasi budaya lainnya. Ritual ini bertujun untuk mengusir segala bentuk kesalain dan membawa keberuntungan bagi seluruh masyarakat Banyumas.
Selain itu, ada juga ritual Gerobak Sapi yang dilakukan untuk merayakan musim panen yang limpah. Masyarakat Banyumas menghias gerobak sapi mereka dengan berbagai macam bunga dan dedaunan, lalu melakukan prosesi kelilin kampung sambil membawa bekal makanan dan minuman tradisional. Ritual ini diangap sebagai ungkaan rasa sukut atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan kepada masyarakat Banyumas.
Dengan adanya berbagai macam ritual yang masih dilestarikan oleh masyarakat Banyumas, tidak diragukan lagi bahwa buda