Jika kamu sudah pernah dengar lagu “Eine Kleine Nachtmusik” karya Mozart, pasti kamu bisa langsung kenali nada pembuka lagu itu. Tapi bagaimana kalau hari ini kamu belajar lagu baru? Apakah kamu bisa ingat dan kenali lagu tersebut ketika kamu dengarkan lagi?
Ini adalah dasar dari sebuah studi mendengarkan musik yang dilakukan pada konser Orkestra Simfoni Newfoundland. Sebelum pertunjukan utama dimulai, para peneliti merekrut 150 sukarelawan dari kalangan penonton di lobi dan memberi mereka seorang clicker dan formulir untuk diisi, yang mengumpulkan beberapa informasi dasar tentang pengalaman musik mereka dan usia mereka.
Usia bukan faktor saat harus mengenali suatu fragmen musik, seperti yang ditunjukkan oleh sebuah studi baru… [+] getty
Saat konser dimulai, penonton diminta untuk mendengarkan beberapa potongan musik pendek. Sebelum setiap potongan, mereka mendengarkan sebuah tema singkat: beberapa detik musik yang akan muncul dalam musik yang akan mereka dengarkan. Setiap kali mereka mendengarkan tema dalam potongan penuh, mereka harus menekan tombol di clicker.
Potongan pertama adalah “Eine Kleine Nachtmusik” karya Mozart, di mana penonton harus klik setiap kali mereka mendengar beberapa not awal yang terkenal (yang muncul lagi di bagian akhir). Ini cukup mudah, karena itu adalah sebuah lagu yang akrab, dan lebih banyak digunakan untuk memeriksa apakah orang benar-benar menekan tombol pada saat yang tepat.
Kemudian mereka mendengarkan dua potongan musik baru, yang dikarang oleh para mahasiswa musik khusus untuk percobaan ini. Sekali lagi, penonton mendengarkan sebuah fragmen singkat (tema), dan kemudian potongan penuhnya. Tema tersebut muncul sebanyak 11 kali dalam setiap potongan baru dan bisa didengar dengan cara yang berbeda: terkadang dimainkan secara jelas oleh satu instrumen, dan kadang hanya terdengar di latar belakang.
Kedua potongan baru ini cukup berbeda satu sama lain. Satu bernama “Pirate Waltz”, yang, seperti namanya, adalah melodi riang dengan kemiripan gaya musik yang sudah ada. Meski itu baru bagi semua orang, namun masih terasa agak akrab. Yang lain adalah potongan atonal yang bernama “Unexpectedly Absent”, yang memiliki ketukan dan not yang tidak teratur sehingga terdengar sangat berbeda dari musik yang paling banyak orang kenal.
Seperti yang mungkin kamu harapkan, orang menemukan sedikit lebih mudah untuk menangkap tema dalam “Pirate Waltz” daripada dalam “Unexpectedly Absent”. Keduanya lebih sulit dibandingkan dengan menemukan tema dalam lagu Mozart, tapi itu karena banyak orang sudah mendengar lagu itu cukup sering.
Untuk mendapatkan lebih banyak data tentang eksperimen ini, para peneliti juga menjalankannya lagi di laboratorium mereka. Kali ini, kelompok sukarelawan yang berbeda mendengarkan rekaman konser dan menekan spasi pada keyboard komputer ketika mereka mendengar tema. Secara keseluruhan, kelompok ini melakukan hal yang sama dengan kelompok yang mendengarkan musik langsung.
Namun faktor lain yang tidak membuat perbedaan dalam seberapa baik orang bisa mengingat melodi adalah usia. Itu menarik, karena pada umumnya, daya ingat memburuk seiring dengan bertambahnya usia. Namun dalam studi ini, peserta yang lebih tua melakukan sama baiknya dengan peserta yang lebih muda dalam menangkap tema dalam musik.
Mengolah musik tampaknya dikelola dengan cara yang berbeda oleh otak dan itu berarti itu bisa digunakan sebagai “scaffolding” untuk meningkatkan tugas-tugas otak lainnya. Misalnya, pengalaman dalam musik bisa digunakan untuk membantu orang tua membedakan ucapan dari kebisingan dan musik bisa digunakan sebagai alat bantu memori. Tapi metode tersebut bergantung pada satu faktor penting: bahwa orang bisa tetap mengingat dan mengenali musik dengan mudah saat mereka lebih tua. Studi konser ini mendukung ide tersebut: Musik bisa menjadi “scaffolding” bagi otak yang telah tua.