Badan berwenang di negara bagian Brasil Rio Grande do Sul telah mengkonfirmasi 54 kasus penyakit leptospirosis yang ditularkan melalui air setelah wilayah itu mengalami banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya pada bulan April dan Mei. Empat orang lain telah meninggal setelah terinfeksi penyakit ini, yang ditularkan melalui air yang terkontaminasi oleh urine hewan yang terinfeksi, seperti tikus. Saat ini sedang diselidiki sebanyak 800 kasus yang diduga, kata departemen kesehatan negara bagian tersebut dalam sebuah pernyataan. Lebih dari 165 orang tewas dalam banjir dan banyak lainnya masih hilang. Lebih dari 2,3 juta warga Brasil dari 469 negara bagian terkena dampak apa yang digambarkan sebagai “bencana iklim” oleh pemerintah Brasil. Setidaknya 581.000 orang terlantar, sementara akomodasi sementara telah dapat menampung 55.000 orang Gauchos (orang dari Rio Grande do Sul). Banyak kota di negara bagian tersebut masih terendam air dan kondisi tersebut bisa menyebabkan peningkatan kasus leptospirosis. Gejala penyakit ini meliputi demam, nyeri otot, dan mual diikuti oleh muntah. Departemen kesehatan negara bagian telah memperingatkan warga bahwa air banjir dapat bercampur dengan limbah, menyebabkan penularan penyakit seperti leptospirosis dan hepatitis A. Brasil mengimunisasi penduduknya terhadap hepatitis A, tetapi mengingat besarnya hal ini, masih menyarankan orang untuk menghindari mengkonsumsi air atau makanan yang mungkin terkontaminasi dengan air dari banjir. Upaya pemulihan dan penyelamatan sedang berlangsung dan pemerintah federal telah mengalokasikan lebih dari R$1,8 miliar (£275 juta, $348 juta) untuk mendukung Rio Grande do Sul. Saat air banjir surut, skala penuh kerusakan menjadi lebih jelas. Mereka yang bisa kembali ke rumah mereka mencoba menyelamatkan barang-barang yang tahan terhadap banjir. Para kritikus pemerintah Rio Grande do Sul telah menuduh gubernur negara bagian tersebut bersalah atas kerusakan yang terjadi karena sikapnya terhadap kebijakan lingkungan. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Folha, jurnalis Eleonora de Lucena menulis bahwa kepemimpinan sayap kanan Rio Grande do Sul berarti politisi lokal lebih memperhatikan kepentingan petani kedelai dan melalaikan komitmen perlindungan lingkungan. Di bawah kepemimpinan gubernur Eduardo Leite, lebih dari 400 perubahan dilakukan pada peraturan lingkungan negara bagian termasuk undang-undang yang memungkinkan bendungan dibangun di daerah perlindungan lingkungan. Namun selama wawancara dengan BBC Brasil pekan lalu, Mr Leite membela kebijakannya, menambahkan bahwa bendungan di daerah perlindungan akan memungkinkan produksi pangan. Banjir tersebut akibat curah hujan intens dan belum pernah terjadi di wilayah tersebut. Tetapi runtuhnya bendungan hidroelektrik setelah hari-hari hujan deras pada awal Mei memperparah pengungsian massal.