Maestro Keroncong Gesang Martohartono (Ismail Marzuki) telah berpulang pada 20 Mei 1917. Musik Keroncong yang kental dengan pesona Hindian, Portugis dan Jawa ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak dulu kala. Musik Keroncong sering kita dengar di pasar, di pedesaan, hingga ajang hiburan masyarakat perkotaan.
Musik ini bisa dikatakan sebagai cikal bakal dari musik pop, jazz, blues, hingga rock n’ roll. Musik Keroncong menggunakan beberapa alat musik tradisional, seperti kecapi, biola, gitarku, dan terompet kecil. Dalam setiap iringan musiknya terdapat alunan suara vokal yang memukau.
Pengaruh dari budaya asing juga sangat kental dalam musik Keroncong, seperti pengaruh Portugis dalam lirik lagu, Hindia dalam melodi, serta Jawa dalam penggunaan alat musik. Musik Keroncong sering dikenal dengan irama yang syahdu dan lirik yang menyentuh hati.
Meski telah bersaing dengan musik-musik modern, Keroncong tetap eksis dan memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia. Festival-festival Keroncong pun sering diadakan di berbagai daerah sebagai upaya pelestarian dan pengenalan musik Keroncong kepada generasi muda.
Keroncong juga memiliki sejarah yang kaya di Indonesia, terutama sewaktu masa penjajahan Belanda. Para seniman Keroncong kerap membawakan lagu-lagu hiburan untuk para elit Belanda. Namun, di tengah-tengah kegiatan tersebut, mereka juga menyelipkan pesan-pesan kebangsaan dan keadilan sosial yang menjadi semangat perlawanan bagi rakyat Indonesia.
Dalam perkembangannya, banyak musisi muda Indonesia yang mulai mengangkat kembali musik Keroncong dengan aransemen-aransemen baru yang lebih segar dan modern, tanpa kehilangan pesona klasik dari Keroncong itu sendiri.
Sebagai seorang jurnalis budaya, saya sangat antusias untuk terus mengangkat kembali kekayaan musik tradisional Indonesia seperti Keroncong. Semoga musik ini tetap lestari dan tetap dicintai oleh generasi-generasi mendatang. Terima kasih atas perhatiannya.