Angkatan bersenjata Israel mengatakan bahwa Mohammed Deif, pemimpin Hamas yang sulit dijaring sayap militernya di Jalur Gaza dan terdakwa dalang serangan 7 Oktober, tewas dalam serangan udara di Khan Younis pada 13 Juli.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, dalam sebuah posting media sosial, menyebut Deif sebagai “Osama Bin Laden Gaza”.
“Ini adalah tonggak penting dalam proses pembongkaran Hamas sebagai otoritas militer dan pemerintahan di Gaza, dan dalam pencapaian tujuan perang ini,” katanya pada hari Kamis.
Salah satu tujuan utama Israel dalam perang hampir 10 bulan ini adalah menangkap atau membunuh Deif dan pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Yehya al-Sinwar. Dipercaya bahwa al-Sinwar masih buron.
Pemimpin Hamas ketiga tertinggi di Gaza, Marwan Issa, tewas pada Maret.
Nasib Deif telah menjadi bahan spekulasi selama berminggu-minggu, namun baru pada hari Kamis bahwa Tentara Pertahanan Israel (IDF) mengkonfirmasi bahwa dia tewas dalam serangan udara di pinggiran kota selatan Gaza, Khan Younis.
Serangan yang melibatkan Deif juga menewaskan sekitar 90 warga Palestina, kata otoritas kesehatan di Gaza.
Gallant mengatakan operasi itu “dilakukan dengan tepat dan profesional.”
“IDF mengumumkan bahwa pada 13 Juli 2024, pesawat tempur IDF menyerang di area Khan Younis, dan setelah penilaian intelijen, dapat dikonfirmasi bahwa Mohammed Deif dieliminasi dalam serangan tersebut,” kata IDF dalam sebuah pernyataan.
“Deif menginisiasi, merencanakan, dan melaksanakan pembantaian 7 Oktober, di mana 1.200 orang tewas di selatan Israel dan 251 sandera diculik ke Jalur Gaza,” kata IDF.
“Selama bertahun-tahun, Deif mengarahkan, merencanakan, dan melaksanakan sejumlah serangan teroris terhadap negara Israel,” tambah IDF.
Konfirmasi kematian Deif datang segera setelah serangan di Tehran menewaskan pemimpin Hamas puncak Ismail Haniyeh, dan kematian komandan militer Hezbollah Fuad Shukr dalam serangan Israel di pinggiran ibu kota Lebanon Beirut.
Sebagai tanggapan atas kematian Haniyeh, Hamas manggil “hari amarah” di Tepi Barat pada Jumat. Haniyeh tewas dalam jam-jam awal Rabu dalam serangan di tempat tinggal tempat ia menginap di Tehran.
Baik Iran maupun Hamas menuduh Israel atas pembunuhan itu dan bersumpah akan membalas. Israel tidak mengklaim tanggung jawab atas kematiannya.
Hamas mengeluarkan pernyataan meminta umat Islam untuk mendoakan Haniyeh selama shalat Jumat di masjid.
“Semoga parade kemarahan meluap dari setiap masjid untuk mengecam kejahatan penembakan yang kerdil,” kata pernyataan Hamas.
Setelah layat di Tehran, Haniyeh, yang telah tinggal di pengasingan di Qatar, akan dimakamkan di Doha pada Jumat.
Kelompok militan Hezbollah di selatan Lebanon memiliki ikatan kuat dengan Hamas dan keduanya didukung oleh Iran.
Mantan musuh Israel mengungkapkan kemarahan atas pembunuhan Haniyeh dan menuntut pembalasan.
Brigades al-Qassam, yang dipimpin Deif sebelum kematiannya, mengatakan kepada Israel “akan membayar harga atas agresinya.”
Ribuan orang mengikuti upacara duka yang diselenggarakan negara untuk Haniyeh di ibu kota Iran pada hari Kamis.
Elit politik Iran seluruhnya juga hadir, termasuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei dan Presiden baru Massud Peseshkian
Pasukan Israel telah ditempatkan dalam kesiagaan tinggi mengantisipasi serangan balasan oleh Iran dan sekutu-sekutunya. Radio Israel melaporkan bahwa pertahanan udara negara itu juga dalam tingkat kesiagaan maksimum.
Pesawat tempur Israel mengawasi ruang udara negara itu dan pasukan darat di perbatasan meningkatkan kesiapan operasional mereka, dilaporkan radio Israel pada hari Kamis.