Menurut sebuah tinjauan independen yang dirilis pada hari Kamis, Gereja Inggris menutupi kasus pelecehan yang mengerikan oleh seorang pengacara yang menjadi relawan di perkemahan musim panas Kristen pada tahun 1970-an dan 1980-an. John Smyth, yang meninggal di Afrika Selatan pada tahun 2018, melakukan pelecehan fisik, seksual, psikologis, dan spiritual terhadap sekitar 30 anak laki-laki dan pria muda di Inggris dan 85 di Afrika selama lima dekade. Gereja mengakui kegagalan mereka dalam mengatasi pelecehan ini dan menyatakan penyesalan mendalam. Smyth memukuli korban-korban dengan cambuk untuk “dosa” seperti “keangkuhan,” membuat komentar seksual, onani, atau sekedar menatap seorang gadis terlalu lama. Kesaksian menyebutkan pemukulan hingga 800 cambukan tak manusiawi. Delapan korban menerima sekitar 14.000 cambukan dan dua di antaranya melaporkan 8.000 cambukan dalam tiga tahun. Tulisan rahasia tentang pelecehan ini disusun oleh seorang menteri pada tahun 1982 dan petugas gereja lainnya mengetahuinya, tetapi tidak pernah menghubungi polisi. Smyth diharapkan meninggalkan negara tersebut dan pada akhirnya pindah ke Zimbabwe dengan istri dan anak-anaknya, sementara ia mendapat bantuan keuangan dari petugas gereja. Para pejabat gereja, termasuk Uskup Agung Canterbury, telah mengetahui pelecehan ini sejak tahun 1982 tetapi tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah pelecehan lebih lanjut terjadi. Jika Smyth dilaporkan ke polisi pada saat itu, mungkin kebenaran akan terkuak dan tindakan pidana bisa diambil. Kabar mengenai pelecehan ini tidak diketahui oleh publik sampai dilakukan investigasi pada tahun 2017, yang kemudian memicu penyelidikan polisi.