Para diplomat sedang berusaha untuk memulai kembali negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas dalam waktu minggu depan, menurut tiga pejabat yang diberitahu tentang proses tersebut, yang menghidupkan kembali harapan akan berakhirnya pertempuran di Gaza meskipun Israel terus meneruskan kampanyenya di sana. Menurut para pejabat, pembicaraan awal diadakan akhir pekan ini di Paris antara David Barnea, direktur agensi intelijen luar negeri Israel, Mossad; William J. Burns, direktur CIA; dan perdana menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, salah satu mediator utama antara Israel dan Hamas. Para pejabat berbicara dengan nama samaran karena sensitivitas masalah tersebut. Selama berbulan-bulan, Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir telah mencoba membujuk Israel dan Hamas untuk menerima gencatan senjata dan pertukaran tawanan yang dapat membantu mengakhiri perang tujuh bulan di sana. Namun, pembicaraan sebelumnya seringkali gagal karena durasi dan sifat gencatan senjata: Hamas menginginkan gencatan senjata permanen, memungkinkan mereka tetap berkuasa di Gaza, sementara Israel ingin dapat melanjutkan pertempuran setelah jeda, agar dapat menyingkirkan Hamas dari kekuasaan. Titik perselisihan utama dalam putaran terakhir berkisar pada cara melaksanakan transisi antara fase-fase perjanjian tiga fase. Titik sengkarut sebelumnya termasuk sejauh mana tentara Israel harus mundur dari Gaza selama gencatan senjata, dan apakah Israel akan memperbolehkan warga Gaza untuk bergerak secara bebas antara utara dan selatan Gaza. Pihak-pihak juga tidak setuju tentang jumlah tawanan yang harus dibebaskan oleh Hamas, serta jumlah tawanan Palestina yang harus dibebaskan sebagai gantinya oleh Israel. Dalam putaran terakhir, para negosiator membahas kemungkinan Hamas melepaskan 33 tawanan, terutama wanita, lansia, dan siapa pun yang membutuhkan perawatan medis mendesak. Lebih dari 120 tawanan masih berada di Gaza, dan sekitar seperempat dari mereka telah meninggal, menurut penilaian terbaru Israel. Selama negosiasi, pejabat Mesir dan Qatar langsung berurusan dengan utusan Hamas, yang tidak bertemu langsung dengan rekan-rekan Israel atau Amerika. Mesir memimpin dalam putaran negosiasi terakhir, yang diadakan di Kairo, meskipun pejabat Qatar juga hadir. Para diplomat mengatakan bahwa negosiasi tawanan perlu diselesaikan untuk membuat kemajuan dalam inisiatif diplomatik terkait lainnya. Upaya tersebut termasuk perdebatan regional tentang siapa yang seharusnya mengatur Gaza pasca perang; pembicaraan mengenai kesepakatan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi; serta negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah, milisi Lebanon yang sedang bertempur dengan militer Israel di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon. Rawan Sheikh Ahmad memberikan laporan dari Haifa, Israel, dan Julian E. Barnes memberikan kontribusi dari Washington.